FANATISME BUTA TERHADAP IRAN DAN BIAS INFORMASI DI MEDIA INDONESIA

Gambar
Gambar Ilustrasi: saluran media Indonesia dan ahli hukum internasional Dalam beberapa minggu terakhir, dinamika geopolitik di Timur Tengah menjadi sorotan global, terlebih dalam ketegangan antara Iran dan Israel. Namun, fenomena yang tidak kalah menarik, bahkan memprihatinkan adalah munculnya kelompok Pengemar Iran ( Fanboy Iran ) di Indonesia, termasuk di kalangan akademisi dan praktisi hukum internasional, yang secara terang-terangan bersikap memihak kepada Iran dan menutup mata terhadap fakta-fakta objektif yang terjadi di lapangan. Banyak oknum pakar hukum internasional yang seolah mengabaikan prinsip objektivitas ilmiah, dan justru menyampaikan narasi politik yang berat sebelah. Kritik keras diarahkan hanya kepada Israel, sementara agresi, provokasi, bahkan pelanggaran HAM yang dilakukan Iran terhadap rakyatnya sendiri, atau melalui proksi militernya di kawasan timur tengah, seperti: Hizbullah di Lebanon, Hamas di Palestina dan Houthi di Yaman, kerap didiamkan atau dianggap seba...

CARA MENGATASI ANAK-ANAK MENGGANGU KENYAMANAN


Ada seorang pria paruh baya, sebut saja Moses adalah seorang guru. Setelah pensiun, ia memilih sebuah rumah di dekat sekolah untuk menghabiskan masa tuanya. Tidak lama setelah pindah, dia selalu melihat beberapa bocah kecil bermain di taman kecil di sekitar. Kebisingan dari ulah anak-anak itu, membuat Moses kesal dan membuatnya tidak bisa tidur nyenyak setiap hari. Akhirnya suatu hari, Moses memutuskan untuk berbicara dengan mereka. Dia memanggil anak-anak itu, dan berkata kepada mereka;

“Saya suka melihat kalian bermain. Jika kalian ke sini setiap hari, saya akan memberi kalian masing-masing satu dolar setiap hari”.  

 Anak-anak itu, tampak begitu bersemangat ketika mendengar bisa mendapatkan uang sambil bermain dan mereka pun semakin menjadi-jadi. Tapi tiga hari kemudian, Moses berkata kepada mereka dengan sedih;

 

“Maaf anak-anak, Inflasi telah mengurangi pendapatan saya. Mulai besok, saya hanya bisa memberi kalian 50 sen sehari.

 Mendengar itu, anak-anak pun menjadi kurang bersemangat dan dengan enggan menerima syarat Moses. Seminggu kemudian, Moses berkata lagi pada anak-anak;

 

“Saya benar-benar minta maaf. Akhir-akhir ini, uang pensiun saya belum juga saya terima. Mulai sekarang, saya hanya bisa kasih kalian dua sen sehari”.

 Mendengar hal ini, anak-anak itu setika menjadi Kecewa dan marah. Mereka berkata;

“Ya Sudahlah! kami tidak akan datang lagi untuk menghibur anda setiap hari dengan bayaran dua sen, kami tidak akan datang lagi! Kata anak-anak secara kompak. Dengan cara ini, Moses akhirnya mendapatkan ketenangan. Terkadang ketika menghadapi kesulitan, lalu menggunakan cara-cara keras untuk menyelesaikannya. Sering kali justru kontra produktif.  

Sama seperti anak-anak dalam cerita ini. Jika memaksa mereka pergi, itu hanya akan membu mereka semaki berontak dan semakin buruk. Namun, dengan mengubah pola pikir dan berpikir dari sudut pandang anak-anak, dan menuntun mereka selangkah demi selangkah akhirnya akan menyelesaikan masalah dengan sempurna. Cobalah, melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda maka masalah pun bisa teratasi dan masalah yang lain pun bisa diselesaikan dengan cara yang harmonis.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROJEK MATEMATIKA TENTANG “LIMIT FUNGSI” DENGAN DIINTEGRASIKAN DENGAN BEBERAPA DISIPLIN ILMU DALAM PROSES PEMBUATAN WINE DARI BUAH KHAS PULAU TIMOR DENGAN METODE FERMENTASI ANAEROB

Siswi Kelas XII MIPA Berinovasi Dengan Pembuatan Cuka Dapur Dari Nira Pohon Lontar

Berinovasi Dalam Dunia Minuman Siswa Kelas XII Jurusan MIPA Membuat Wine Dari Buah Anggur

FILOSOFI PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN NILAI