FANATISME BUTA TERHADAP IRAN DAN BIAS INFORMASI DI MEDIA INDONESIA

Gambar
Gambar Ilustrasi: saluran media Indonesia dan ahli hukum internasional Dalam beberapa minggu terakhir, dinamika geopolitik di Timur Tengah menjadi sorotan global, terlebih dalam ketegangan antara Iran dan Israel. Namun, fenomena yang tidak kalah menarik, bahkan memprihatinkan adalah munculnya kelompok Pengemar Iran ( Fanboy Iran ) di Indonesia, termasuk di kalangan akademisi dan praktisi hukum internasional, yang secara terang-terangan bersikap memihak kepada Iran dan menutup mata terhadap fakta-fakta objektif yang terjadi di lapangan. Banyak oknum pakar hukum internasional yang seolah mengabaikan prinsip objektivitas ilmiah, dan justru menyampaikan narasi politik yang berat sebelah. Kritik keras diarahkan hanya kepada Israel, sementara agresi, provokasi, bahkan pelanggaran HAM yang dilakukan Iran terhadap rakyatnya sendiri, atau melalui proksi militernya di kawasan timur tengah, seperti: Hizbullah di Lebanon, Hamas di Palestina dan Houthi di Yaman, kerap didiamkan atau dianggap seba...

NILAI SETUMPUK SAMPAH

Pada tahun 1946, seorang ayah dan anak Yahudi ke Amerika Serikat dan muka bisnis peralatan tembaga di Stone. Ayah bertanya kepada putranya;  

“Berapa harga satu pon tembaga?” 35 sen. Jawab si anak singkat.

“ya semua orang tahu, harga satu pon adalah 35 sen!”.

“Tapi nak, coba kamu membuat pegangan pintu dari satu pon tembaga!” Kata ayahnya.  

Putranya mengikuti petunjuk dari ayahnya, membuat pegangan pintu dari satu pon tembaga. Tidak disangka pegangan pintu yang di buat dari satu pon tembaga, berhasil dijual sepuluh kali lipat dari harga aslinya. Dua puluh tahuh kemudian, ayahnya meninggal dan putranya mengelola usaha tembaga sendirian. Dia pernah membuat lidah pengetar dari perunggu merupakan salah satu komponen dari produk jam Swiss dan medali olimpiade. Harga tertinggi yang pernah ia dapat, dari satu pon tembaga adalah $3500. Namun, membuat dia terkenal adalah tumbukan sampah di negara bagian New York. Pada tahun 1974, pemerintah Amerika Serikat merenovasi patung Liberty, masyarakat diminta melakukan tender untuk membersihkan sampah namun tidak ada yang menaggapi setelah beberapa bulan. Tidak ada yang mengangkap sampah-sampah itu memiliki nilai apapun. Sementara itu, dia sedang bepergian di Prancis langsung terbang ke New York ketika mendengar informasi itu. Setelah dia melihat tumpukan balok tembaga, skrup dan kayu, dia pun langsung menandatangani kontrak.  Keesokan harinya, dia mulai mengorganisir pekerja untuk memilah sampah. Dia meminta pekerja untuk melebur tembaga dan membuat patung Leberty kecil. Mengolah alumanium dan tembaga untuk pembuatan kunci stemskuer New York. Dalam kurung waktu kurang dari tiga bulan, ia mengolah tumpukan sampah ini menjadi uang tunai $3.500.000 atau sekitar Rp. 54.000.000.000 kurs sekarang. Harga tembaga perpotong telah meningkat sepuluh ribu kali lipat. Pernah mendengar pepatah ini;

 

Yang disebut sampah ini adalah sumber daya yang salah ditempatkan 


 Dalam perjalanan hidup ini, kita akan selalu menjumpai segala macam sampah yang dipandang jijik orang lain. Jangan berkecil hati atau putus asah saat bertemu dengannya. Jangan tertipu dengan tampilannya. Lihatlah hakikatnya, dan anda akan dapat menemukan peluang baru dengan mengubah sudut pandang dan pola pikir sama seperti orang-orang Yahudi dalam cerita di atas. Ketika orang lain menganggap bahan limbah adalah sampah, dia selalu bisa melihat nilainya dan akhirnya menyulap sampah menjadi harta karung.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROJEK MATEMATIKA TENTANG “LIMIT FUNGSI” DENGAN DIINTEGRASIKAN DENGAN BEBERAPA DISIPLIN ILMU DALAM PROSES PEMBUATAN WINE DARI BUAH KHAS PULAU TIMOR DENGAN METODE FERMENTASI ANAEROB

Siswi Kelas XII MIPA Berinovasi Dengan Pembuatan Cuka Dapur Dari Nira Pohon Lontar

Berinovasi Dalam Dunia Minuman Siswa Kelas XII Jurusan MIPA Membuat Wine Dari Buah Anggur

FILOSOFI PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN NILAI