FANATISME BUTA TERHADAP IRAN DAN BIAS INFORMASI DI MEDIA INDONESIA

Gambar
Gambar Ilustrasi: saluran media Indonesia dan ahli hukum internasional Dalam beberapa minggu terakhir, dinamika geopolitik di Timur Tengah menjadi sorotan global, terlebih dalam ketegangan antara Iran dan Israel. Namun, fenomena yang tidak kalah menarik, bahkan memprihatinkan adalah munculnya kelompok Pengemar Iran ( Fanboy Iran ) di Indonesia, termasuk di kalangan akademisi dan praktisi hukum internasional, yang secara terang-terangan bersikap memihak kepada Iran dan menutup mata terhadap fakta-fakta objektif yang terjadi di lapangan. Banyak oknum pakar hukum internasional yang seolah mengabaikan prinsip objektivitas ilmiah, dan justru menyampaikan narasi politik yang berat sebelah. Kritik keras diarahkan hanya kepada Israel, sementara agresi, provokasi, bahkan pelanggaran HAM yang dilakukan Iran terhadap rakyatnya sendiri, atau melalui proksi militernya di kawasan timur tengah, seperti: Hizbullah di Lebanon, Hamas di Palestina dan Houthi di Yaman, kerap didiamkan atau dianggap seba...

Kehidupan Tidak Teruji Tidak Patut untuk Dijalani! Sebuah Panggilan untuk Hidup dengan Kesadaran Penuh

 

Ungkapan "kehidupan tidak teruji tidak patut untuk dijalani" oleh Socrates adalah tamparan keras bagi siapa saja yang memilih hidup dalam zona nyaman tanpa refleksi, tanpa tantangan, dan tanpa keberanian untuk mempertanyakan tujuan. Pernyataan ini menohok inti dari eksistensi manusia: hidup bukan sekadar soal bertahan, tetapi soal berkembang, mencari makna, dan menghadapi realitas dengan keberanian.

Kehidupan yang tidak teruji adalah kehidupan yang dangkal. Hidup seperti ini bisa diibaratkan kapal tanpa nakhoda, hanya mengambang di lautan, terombang-ambing oleh arus tanpa arah. Orang yang tidak mau "menguji" hidupnya cenderung menjadi korban rutinitas, membiarkan hidup berlalu begitu saja tanpa mempertanyakan mengapa atau untuk apa mereka ada. Mereka mungkin merasa nyaman, tetapi kenyamanan itu menutupi potensi besar yang belum terungkap.

Mengapa penting untuk menguji kehidupan? Karena hanya dengan ujian, kita menemukan kebenaran, baik tentang dunia maupun tentang diri kita sendiri. Ujian dalam hidup bukan hanya tentang menghadapi tantangan eksternal, tetapi juga tentang keberanian untuk melihat ke dalam diri: apa yang kita percayai? Apa yang kita perjuangkan? Apakah kita benar-benar hidup sesuai nilai yang kita anut, atau hanya menjalani hidup berdasarkan harapan orang lain?

Hidup yang teruji mungkin tidak nyaman. Ia penuh dengan keraguan, kegagalan, dan kadang rasa sakit. Tetapi justru di situlah letak nilainya. Dari ujian, kita belajar untuk berdiri lebih tegak, berpikir lebih tajam, dan hidup lebih bermakna. Sebaliknya, hidup yang tidak teruji adalah hidup yang kehilangan jiwa sekadar eksistensi tanpa substansi.

Namun, tantangan terbesar bukan hanya dalam menghadapi ujian, tetapi dalam memilih untuk menguji diri meski tidak ada yang memaksa. Karena memilih hidup yang teruji adalah memilih untuk hidup dengan kesadaran penuh. Dan kesadaran itu menuntut keberanian, keberanian untuk mempertanyakan, untuk berubah, dan untuk menjadi lebih baik.

Maka, pertanyaannya bukan lagi "apakah hidup ini patut dijalani?", tetapi "apakah kita cukup berani untuk menjalaninya dengan sadar?". Sebab hanya melalui ujian, kita benar-benar hidup.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROJEK MATEMATIKA TENTANG “LIMIT FUNGSI” DENGAN DIINTEGRASIKAN DENGAN BEBERAPA DISIPLIN ILMU DALAM PROSES PEMBUATAN WINE DARI BUAH KHAS PULAU TIMOR DENGAN METODE FERMENTASI ANAEROB

Siswi Kelas XII MIPA Berinovasi Dengan Pembuatan Cuka Dapur Dari Nira Pohon Lontar

Berinovasi Dalam Dunia Minuman Siswa Kelas XII Jurusan MIPA Membuat Wine Dari Buah Anggur

FILOSOFI PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN NILAI